BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pergerakan non-kooperasi merupakan
sikap radikal ini yang ditandai dengan taktiknon-kooprasi dari pihak partai
politik. Artinya dalam memperjuangkan cita- citanya mereka tidak mau
bekerjasama dengan pemerintah Belanda. Semua hal untuk mempercepat cita-cita
yang diusahakan sendiri, antara lain memperkokoh persatuan nasional, memajukan
pendidikan, meningkatkan kegiatan-kegiatan sosial untuk mensejahterakan rakyat.
Mereka juga tidak mau memasuki dewan perwakilan rakyat yang dibentuk pemerintah
kolonial baik daerah maupun pusat. Disini kami mencoba membahas beberapa partai
politik non-kooprasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Partai Nasional
Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendiskribsikan Partai
Nasional Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Partai Nasional Indonesia
Lahirnya Partai Nasional Indonesia
Pada bulan November 1925, tahun terakhirnya Ir. Soekarno menyelesaikan
studinya, membantu mendirikan Algemeene Studieclub “ kelompok belajar umum” di
kalangan mahasiswa. Kelompok belajar-nya Soekarno nyata bersifat politik,
dengan kemerdekaan Indonesia sebagai tujuannya. Pada tanggal 4 Juli 1927
berdirilah di kota Bandung atas usaha Dr. Cipto Mangoenkoesoemo, Ir. Soekarno,
Mr. Iskaq Cokroadisoerjo, Mr. Sartono, Mr. Boediarto, Mr. Soenarjo, Dr. Samsi,
Ir. Anwari dan lainnya, “Perserikatan Nasional Indonesia” atau PNI.
Menarik perhatian bahwa peresmian
berdirinya PNI berlangsung pada tanggal 4 Juli 1927. Tanggal kelahiran PNI
jelas bukan suatu kebetulan. Almarhum Adam Malik dalam bukunya Adam Malik
Mengabdi RI pernah menjelaskan bahwa pilihan tanggal 4 Juli ada kaitannya
dengan hari kemerdekaan Amerika Serikat. Sejarah mencatat proklamasi
kemerdekaan Amerika berlangsung pada tanggal 4 Juli 1776 di Philadelpia. Dengan
memilih 4 Juli sebagai hari berdirinya PNI, para pemimpin PNI berharap
semangat, siasat dan keberhasilan revolusi kemerdekaan Amerika akan mengilhami
semangat, siasat dan keberhasilan perjuangan bangsa Indonesia di bawah pimpinan
PNI.
Bung Karno berharap bangsa Indonesia
dapat bersatu padu, karena hanya dengan cara begitu mereka dapat menang
menghadapi penjajah. Untuk itu paham atau ideologi yang berbeda perlu
dipersatukan lewat persamaan- persamaan yang ada. Demikianlah Bung Karno pada
tahun 1926 mengajak pendukung ideologi Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme untuk
dapat dan mau bersatu.
Perbedaan- perbedaan yang ada
mestinya dikesampingkan. Asas dan tujuan partai ini sangat jelas yaitu
perjuangannya yang bersifat antikolonialisme nonkooperasi, dan organisasi
massa. Maka dalam hubungan itu membangkitkan kesadaran nasional adalah salah
satu tugas PNI, yaitu mengsinyafkan rakyat akan besarnya penderitaan dalam
menghadapi eksploitasi ekonomi, sosial, dan politiknya yang dijalankan oleh
penguasa kolonial. Kemudian asas PNI adalah (1) selfhelp, yaitu prinsip menolong
diri sendiri (2) non-mendiacancy atau antipati terhadap pemerintah serta
non-kooperasi yaitu tidak mau bekerja sama dengan pemerintah dan (3)
marhaensime, yaitu ideologi kerakuatan yang mencita-citakan terbentuknya
masyarakat sejahtera secara merata. Sedangkan watak PNI adalah merah putih dan
kepala banteng sebagai lambangnya, kesemuanya melambangkan berani, suci dan
percaya kepada diri sendiri. Program PNI dalam tiga lapangan yaitu politik,
ekonomi, dan sosial.
Dalam politik bertujuan : 1.
memperkuat perasaan kebangsaan dan persatuan Indonesia 2. menyebarkan
pengetahuan tentang sejarah nasional 3. mempererat hubungan antar bangsa-bangsa
di Asia dan 4. menuntut kemerdekaan pers dan kemerdekaan berserikat. Dalam
bidang ekonomi bertujuan : 1. berusaha mencapai perekonomian nasional 2.
menyongkong perdagangan dan perindustrian nasional 3. mendirikan fons nasional
dan keperesi-koperasi. Sedangkan tujuan dalam bidang sosial yaitu 1. memajukan
pengajaran nasional 2. memperbaiki kedudukan wanita 3. memajukan serikat buruh
dan tani 4. memperbaiki kesehatan rakyat dan 5. mengajurkan monogami Asas dan
tujuan partai ini sangat jelas yaitu perjuangannya yang bersifat
antikolonialisme nonkooperasi, dan organisasi massa. Maka dalam hubungan itu
membangkitkan kesadaran nasional adalah salah satu tugas PNI, yaitu
mengsinyafkan rakyat akan besarnya penderitaan dalam menghadapi eksploitasi
ekonomi, sosial, dan politiknya yang dijalankan oleh penguasa kolonial.
Di dalam keterangan azasnya
diterangkan bahwa susunan masyarakat Indonesia, baik dalam aspek politik,
ekonomi dan sosial sudah dirusak oleh kapitalisme- imperialisme, dirusak oleh
penjajahan. Maka jalan satu-satunya adalah untuk memperbaiki susunan masyarakat
yang sudah rusak itu ialah dengan mencapai terlebih dahulu kemerdekaan politik
yang berarti berakhirnya pengaruh perusak kapitalisme imperialisme yang
berbuntut penjajahan.
Dengan demikian seluruh tenaga
nasional akan dikerahkan untuk mencapai kemerdekaan politik, untuk melaksanakan
cita-cita Indonesia Merdeka. 2. Perkembangan PNI PNI lahir sebagai tanda
kesadaran kesadaran rakyat Indonesia dan sebagai kelanjutan pergerakan
kebangsaan Indonesia yang sudah dirintis oleh organisasi sosial politik
sebelumnya. PNI didirikan dan dipimpin oleh kaum muda yang terpelajar dan telah
mendapatkan pendidikan politik melalui kursus-kursus politik maupun buku-buku
pergerakan. Dalam kongres di Surabaya tanggal 27-30 Mei 1928, diputuskan untuk
mengganti perkataan ”perserikatan” menjadi perkataan ”partai”. Perkumpulan
selanjutnya akan disebut ”Partai Nasional Indonesia” atau dikenal sebagai PNI.
Pergantian nama ini berarti
meningkatnya PNI menjadi suatu organisasi yang lebih tersusun, menjadi suatu
partai politik yang harus mempunyai program politik, ekonomi, dan sosial yang
tertentu dan berhati-hati dalam penerimaan anggota. Popularitas PNI berkembang
pesat karena pengaruh Soekarno dengan pidato- pidatonya yang sangat menarik
perhatian rakyat. Kewibawaan dan gaya bahasa sebagai alat bagaimana
pidato-pidato Soekarno sangat ditunggu-tunggu disetiap pertemuan rapat PNI.
Pada akhir tahun 1928 sudah ada 2787 orang anggotanya, sampai Mei 1929
anggotanya telah mencapai 3860 orang (sebagian besar di Bandung, Batavia, dan
Surabaya); pada akhir tahun 1929, jumlah anggota partai ini mencapai 10.000
orang. Soekarno menekadkan untuk mengejar Indonesia Merdeka di bawah
panji-panji Merah Putih Kepala Banteng (Merah-keberanian, Putih-kebersihan
hati, Kepala Banteng-percaya kepada kekuatan dan tenaga sendiri). Usaha
propaganda dilakukan dengan membentukserikat sekerja supir ”Persatuan Motoris
Indonesia”, Serikat Anak Kapal Indonesia”, Persatuan Jongos Indonesia”.
Bagi PNI, untuk memperoleh
pergerakan rakyat yang sadar, maka perkumpulan perlu mempunyai azas yang terang
dan jelas, perlu mempunyai suatu teori nasionalisme yang radikal yang dapat
menimbulkan kemauan yang satu, yaitu kemauan nasional. Bila kemauan nasional
ini cukup tersebar dan masuk mendalam di hati sanubari rakyat, maka kemauan
nasional ini menjadi suatu perbuatan, yaitu perbuatan nasional (nationale
geest- nationale wil-nationale daad). Dan di dalam anggaran dasar PNI
dicantumkan maksud dan tujuannya secara tegas, yaitu Indonesia Merdeka.
Ini berarti PNI mengambil jalan
non-kooperatif dengan pemerintah Hindia Belanda. Masa-masa awal sangat dipengaruhi
oleh ideologi PNI dan mentalitas PNI dalam membentuk mesin birokrasi dan
mengerahkan massa. Maka, disinilah arti penting PNI-Birokrasi menjadi eksis
dalam percaturan politik yang terjadi Indonesia. Melihat aktifitas politik PNI
yang semakin meningkat, pemerintah Hindia Belanda memberi peringatan kepada
pimpinan PNI pada tanggal 15 Mei 1928 di sidang pembukaan “Volksraad” yang
diucapkan oleh Gubernur Jenderal de Graeff untuk menahan diri. Meski ada
peringatan dari pemerintah Hindia Belanda, PNI tetap terus melakukan kegiatan
politiknya, salah satunya adalah dengan menyelenggarakan kongres yang pertama.
Pada kongres yang diadakan di
Surabaya, tanggal 27-30 Mei 1928, PNI memutuskan merubah namanya menjadi
“Partai Nasional Indonesia”. Perubahan nama ini berarti meningkatnya PNI
menjadi suatu organisasi yang lebih tersusun rapi, menjadi suatu partai politik
yang harus mempunyai program politik, ekonomi dan sosial yang lebih baik dan
berhati-hati dalam penerimaan anggota. Sebagai anggota hanya dapat diterima
orang-orang yang sadar dan aktif. Di kongres kedua yang diadakan di Jakarta
tanggal 18-20 Mei 1929, ketua PNI Bung Karno memberikan pidato yang berapi-api
di depan peserta kongres.
Bung Karno memantapkan kebulatan
hati anggota PNI untuk mengejar Indonesia Merdeka dibawah panji-panji
“Merah-Putih-Kepala Banteng”. Merah berarti keberanian, putih kebersihan hati
sedangkan kepala banteng berarti percaya pada kekuatan dan tenaga sendiri. Media
Propaganda PNI Pemerintah Hindia Belanda yang semakin hari bertambah cemas
melihat pengaruh yang diperoleh PNI dimana-mana, mulai menunjukkan tangan besi.
Program-program tersebut lalu disosialisasikan ileh Ir. Soekarno, sehingga
dalam waktu singkat PNI telah meluas dengan cepatnya.
Melihat perkembangan PNI yang begitu
pesat, maka Gubernur Jendral dalm pidato pembukaan Volksraad tanggal 15 Mei
1928 memandang perlu memberikan peringatan kepada pemimpin-pemimpin PNI supaya
menahan diri dalam ucapanya, propogandanya dan lain-lain. Ternyata peringata
itu tidak dihiraukan oleh pemimpin-pemimpin PNI, sehingga pmerintah Hindia
Belanda memandang perlu memberikan peringatan kedua dalam bulan Juli 1929. Pada
akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat provokasi, yang mendesas-desuskan
bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan pada awal tahun1930.
Berdasarkan berita propovaksi itu,
maka pada tanggal 24 Desember 1929 pemerintah Hindia Belanda menggadakan
penggeledahan dan menangkap empat pemimpin PNI yaitu Ir. Soekarno, Maskun,
Gatot Mangkuprojo, dan Supriadinata. Keempat pempin PNI itu lalu dihadapkan
kemuka pengadilan di Bandung. Karena adaya pasal-pasal karet yang bisa menjerat
pembicaraan dalam rapat maupun tulisan-tulisan di surat kabar, maka pengadilan
negeri Bandung merasa berhak menghukum keempat orang ini. 3. Perpecahan di
Tubuh PNI Sesudah Bung Karno ditahan, dan dijatuhi hukuman selama 4 tahun
kepemimpinan PNI diambil alih oleh Mr. Sartono.
Setelah melalui kongres pada bulan
April 1931 di Jakarta, Pengurus Besar PNI mengeluarkan maklumat tentang
pembubaran PNI dengan alasan untuk menjaga anggota-anggota PNI lainnya agar
tidak mendapatkan kesulitan karena dituduh sebagai anggota partai terlarang.
Pengurus besar PNI atas anjuran Mr. Sartono, berkenaan dengan keputusan
pengadilan negeri Bandung tersebut, mengusulkan pembubaran PNI dan sebagai
gantinya mereka mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Partai ini bertujuan
Indonesia Merdeka dan berdiri atas dasar nasionalisme dan “self-help” atau yang
lazimnya dikenal sebagai sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi. Ketika Bung
Karno keluar dari penjara Sukamiskin pada pertengahan 1932, ia mendapati PNI
(lama) telah terpecah menjadi dua yaitu PNI (Baru) dan Partindo.
Namun akhirnya Bung Karno memilih
Partindo sebagai basis perjuangannya. Partindo hampir sam persisi dengan PNI
yang telah dibubarkan berjuang secara langsung menuju sasarannya secara
konfrontasi yaitu langsung menuju tercapainya Indonesia merdeka, namun sifat
radikal dikendorkan. Jika PNI lama berkepala banteng, maka Partindo berlambang
benteng utuh, serta merupakan partai masal. PNI baru didirikan oleh para
pemimpin yang menentang pembubaran PNI lama sehingga ingin tetap mempertahankan
nama PNI. Oleh karena itu untuk membedakan PNI lama dan PNI baru dibentuk
sebauah nama PNI baru, tujuan PNI baru partai lebih mementingkannkader-kader
demokrat sejati. Karena ia terbatas pada lingkungan yang lebih kecil, khususnya
golongan intelektual.
Terjaminya kebebasan-kebebasan
demokrasi dan perbaikan ekonomi lebih mengutamkan untuntuk menjamin tersusunya
kekuatan menghadapi kekuatan Belanda. Ir. Soekarno yang mendpat pengurungan
hukuman 1 tahun, maka setelah keluar dari penjara akhirnya masuk ke Partindo.
Karena Ir. Soekarno setelah itu masih sama tetap saja berporopoganda dengan
cara yang sama saja seperti sebelum dihukum, Ir Soekarno akhirnya ditangkap
lagi pada tanggal 30 Juli 1930.
Dalam perkembanganya pemerintah
Belanda membiarkan begitu saja gerakan Partindo dan PNI Baru, karena sudah
dilumpuhkan dengan melarang kedua partai itu untuk berapat. Tentunya
perkumpulan yang dilarang untuk berapat dengan sendirinya tidak bisa terus.
Karena itu pada akhir tahun 1934, Partindo dan PNI Baru bubar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PNI adalah entitas yang dinamis karena pertentangan berbagai
unsur di dalamnya. PNI adalah Jawasentris dan sekuler, tetapi mencakup unsur
non-Jawa dan Islam. Kelompok birokrat priayi, lapisan sosial atas berpendidikan
Barat, dan Berbeda dengan agama yang disatukan oleh konsep “umat” atau
komunisme yang mewadahi perjuangan kelas proletar, nasionalisme memiliki
kontradiksi karena penyatuan rakyat dilakukan bukan atas nama mereka, tetapi
atas nama bangsa dan negara dengan sebuah identitas primordial. Lalu partai
nasionalis sering mencari figur karismatis untuk menyatukan pengikutnya.
Pendukungnya yang memiliki beragam identitas primordial dan
kelas sosial menemukan wadah kulturalnya, yakni budaya feodal yang masih
berakar kuat. Sehingga kita dapat melihat bagaimana Soekarno menjadi jantung
dari pergerakan PNI. PNI langsung kehilangan pamornya ketika Soekarno ditangkap
. Pada era 1950-an, PNI melakukan propaganda dengan menyebut Soekarno sebagai
pemimpin PNI, padahal itu terjadi pada era 1920-an. Kedekatan PNI dengan
soekarno membuat PNI mendapatkan dukungan yang besar dari rakyat Indonesia .
PNI berhasil memenangkan pemilu pertama dan juga mendapatkan posisi strategis
dipemerintahan. Itu semua tidak lepas dari nama besar soekarno sebagai pendiri
PNI. Sehingga PNI dapat di Identikan dengan Seokarno.
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirjdo, Sartono. 1993.
Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Jilid II Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Lubis, L.M. 1987. Sejarah Pergerakan dan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta : Dian
Rakyat Ricklefts, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta
1991
Tidak ada komentar:
Posting Komentar