Sabtu, 04 Mei 2019

Makalah Daulah Abbasiyah


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Dalam sejarah islam perkembangan ilmu pengetahuan dan aliran pemikiran adalah dua hal yang pernah terjadi dan pernah mengalami pasang naik dan pasang surut. Pada awal islam pengembangan ilmu pengetahuan dan aliran belum begitu maju, pada saat itu para sahabat tidak begitu terdesak dan berminat untuk melakukan penalaran dan analisa yang mendalam pada suatu masalah yang terjadi di antara mereka, akan tetapi mereka langsung menanyakannya kepada Nabi bagaimana penyelesaiannya.
Pada masa awal kepemimpinan sahabat perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran juga belum lahir, namun pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib bidang ini mulai bermunculan, hal ini ditandai dengan lahirnya aliran pemikiran yaitu Khawarij setelah kejadian tahkim (arbitrase) antara pihak Ali dengan pihak Muawiyah bin Abu Sofyan pada perang Siffin.  
Puncak kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam islam terjadi pada masa kekalifahan Daulah Abbasiyyah, hal ini karena khalifah saat itu sangat besar perhatiannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran. Ilmu yang dikembangkan bukan hanya ilmu agama saja, tetapi juga pengetahuan umum dan ilmu pasti. Pada masa inilah berbagai pakar dan bidang ilmu lahir dengan cukup subur.  
Kajian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran adalah dua hal yang menarik dan urgen, untuk melihat perjalanan sejarah dan khazanah keilmuan dan pemikiran yang muncul dalam islam dari masa ke masa. Namun dalam makalah ini penulis hanya memfokuskan pembahasan pada periode kekhalifahan Abbasiyah yang diketahui pada saat itu merupakan puncak perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam islam. 

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pemerintahan pada Bani Abbasiyah ?
2.      Bagaiamana Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah ?
3.      Siapa saja tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan Peranannya pada Masa Abbasiyah ?



BAB II
PEMBAHASAN


A. Sekilas Tentang Daulah Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah merupakan lanjutan dari pemerintahan dinasti Bani Umayyah, dinasti ini dinamakan Abbasiyah adalah karena pendiri dan khalifah yang berkuasa pada dinasti ini merupakan keturunan dari Al Abbas, yaitu salah satu paman Nabi Muhammad Saw.  
Daulah Abbasiyyah pertama sekali didirikan oleh Abu Abbas al-Safah (750-754 M), dan ia sendiri yang menjadi khalifah pertama dinasti ini, namun kekuasaannya sangat singkat setelah itu dilanjutkan oleh Al-Mansur (754-775 M). Al-Mansur dipilih sebagai khalifah atas jasanya yang besar dalam membina dinasti ini pada awal pendiriannya. 
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. 
Al-Mansur terkenal kuat dan tegas, ia tidak segan-segan menindak lawannya, bahkan juga membunuh pihak-pihak yang dianggap berbahaya. Misalnya Abu Muslim di Khurasan yang dianggap menjadi saingannya di undang ke Bagdad, kemudian di adili dan dihukum mati. Sehingga dinasti ini benar-benar berkuasa dan kuat pada saat itu, dan dinasti ini sangat disegani bangsa lain seperti Byzantium dan lainya.
Disaat merasa kurang aman berada ditengah-tengah kalangan bangsa Arab, Al-Mansur memindahkan pusat pemerintahan Abbasiyyah ke Bagdad dekat ibu kota Persia, maka pada tahun 762 Bani Abbas telah berada di tengah-tengah bangsa Persia, dan yang menjadi pengawal dan pegawai istana tidak diambil dari golongan Arab, tetapi dari golongan Bangsa Persia. Durasi waktu pemerintahan Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.
Bentuk pemerintahan yang didirikan oleh Al-Mansur adalah dalam bentuk tradisi yang baru dengan mengangkat wazir yang membawahi kepala-kepala departemen. Salah satu orang yang diangkat sebagai wazirnya adalah Khalid Ibnu Barmak yang berasal dari Bangsa Persia. Pasca Al-Mansur dinasti ini diteruskan oleh keturunannya dan terus berganti dari waktu ke waktu dengan berbagai corak kepemimpinan dan kebijakan masing-masing. 
Pemerintahan Bani Abbas banyak mengalami kemajuan dibandingkan dinasti sebelumnya, pada masa Bani Umayyah, pemerintahan lebih besar perhatiannya kepada perluasan teritorial wilayah islam, dan sedikit sekali perhatian untuk melakukan pembenahan administrasi negara, militer, ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran. Di masa Abbasiyyah perhatian penuh diberikan dalam bidang ini, sehingga dinasti islam saat itu menjadi satu-satunya kekuasaan yang kuat dan tidak tertandingkan oleh siapapun.

B. Daulah Abbasiyyah Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa pemerintahan Abbasiyyah ilmu pengetahuan berkembang cukup pesat dan mencapai puncak keemasannya, khususnya pada dua abad pertama dari lima abad pemerintahan dinasti ini. Faktor yang mempengaruhi kemajuan bidang ini adalah karena semangat dan dukungan dari penguasa saat itu untuk menggiatkan pengembangan ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama maupun umum.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa Bani Abbas ini tidak terlepas dari pengaruh upaya dinasti sebelumnya yaitu dinasti Bani Umayyah, pada masa Umamiyah ilmu pengetahuan mulai dikembangkan dan hal ini menjadi cikal bakal bagi perkembangan yang lebih gemilang di masa setelahnya. Karena itu tidak benar pernyataan bahwa pada masa Bani Umayyah tidak ada pengembangan ilmu pengetahuan. 
Era baru perkembangan ilmu pengetahuan dalam pemerintahan Bani Abbas adalah ketika dinasti ini dipegang oleh Harun Ar-Rasyid (785-809). Ia dikenal sebagai khalifah yang mencintai seni dan ilmu. Ia banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan kalangan ilmuwan dan mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap seni. Al-Rasyid mengembangkan satu akademi Gundishapur yang didirikan oleh Anushirvan pada tahun 555 M. pada masa pemerintahannya lembaga tersebut dijadikan sebagai pusat pengembangan dan penerjemahan bidang ilmu kedokteran, obat dan falsafah. 
Selain mencintai ilmu pengetahuan Harun Ar-Rasyid juga banyak melakukan upaya untuk memperkuat pertahanan negara dengan mengikat hubungan bilateral dengan negara-negara yang lain, melakukan pengembangan ekonomi rakyat, mendirikan tempat-tempat wisata, dan lain-lain. Sehingga pada waktu itu Bagdad dikenal keseluruh pelosok dunia sebagai negara kuat dan mempunyai sumber daya yang lengkap, bahkan juga masyarakat Bagdad saat itu termasyur dengan kehidupannya yang glamor dan masa itu menjadi kesan yang indah sepanjang sejarah peradaban islam.  
Setelah Harun Al-Rasyid dinasti ini dilanjutkan oleh putranya Al-Makmun (813-833). Pada masa Al-Makmun perkembangan ilmu pengetahuan bertambah pesat, karena perhatiannya yang cukup besar dalam bidang ini, dan pada saat itu Bagdad telah menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia. Al-Makmun banyak menterjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani, buku-buku ini ia beli dari dan mencari para penerjemah-penerjemah baik dari golongan Kristen, Sabi bahkan juga para penyembah bintang untuk menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Arab.
Pada masa kekhalifahan Al-Makmun juga didirikan pusat akademik, kegiatan penterjemahan dan perpustakaan yaitu Bait al-Hikmah, kajian pada lembaga ini lebih diutamakan kepada ilmu kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika, astronomi, sejarah dan di samping itu juga bidang filsafat. Selain lembaga ini ia juga mendirikan sekolah-sekolah.
 Pada masa dinasti ini berbagai bidang ilmu pengetahuan lahir dan berbagai pakar muncul baik dalam ilmu agama, logika, sastra, ilmu alam, ilmu pasti dan lainnya. Para cendikiawan saat itu bukan hanya menguasai tentang filsafat dan ilmu pengetahuan yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi mereka juga mampu memasukkan hasil penyelidikan mereka sendiri ke dalam lapangan ilmu pengetahuan dan juga pemikiran mereka dalam lapangan filsafat.  
Dalam ilmu agama pada saat itu lahir banyak ahli dalam bidang yang beragam seperti ilmu hadits, tafsir, fiqh dan lain sebagainya. Berbagai karya yang manumental dikarang pada periode ini dan karya-karya tersebut dijadikan sebagai bacaan dan rujukan hingga sekarang. Di antara karya-karya tersebut adalah buku susunan hadits yaitu Sahih Bukhari dan Sahih Muslim yang disusun oleh Imam Bukhari  dan Imam Muslim . Dan dalam ilmu fiqh pada saat itu lahir para imam mazhab fiqh yang empat yaitu Imam Malik,  Imam Syafi’i,  Imam Abu Hanifah  dan Imam Ahmad bin Hambal.  Dan mazhab ini masih bertahan hingga sekarang. 
Demikian juga halnya dalam bidang ilmu yang lain, juga banyak melahirkan karya dan para pakar, misalnya Al-Fazari yang dikenal sebagai pakar dalam bidang astronomi dan telah menciptakan astrolabe yang dipakai untuk mengukur tinggi bintang. Pakar lainnya yaitu Al-Farqani yang dikenal di Eropa sebagai Al-Fragnus yang juga merupakan salah seorang ahli dalam bidang astronomi. Dalam kimia terkenal nama Abu Bakar Zakaria Al-Razi, dalam bidang fisika Abu Raihan Muhammad Al-Baituni, dalam bidang optik dikenal namanya Abu Ali Al-Hasan dan  berikut juga para pakar-pakar lainnya. 
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah mencapai puncaknya, dan hampir mencakup semua disiplin ilmu baik agama maupun umum, ini merupakan suatu prestasi yang sungguh menakjubkan dan tidak ada tandingannya pada waktu itu, baik dari dinasti islam maupun lainnya, dan pada saat negara-negara Eropa banyak mengirim pelajarnya untuk belajar ke sekolah-sekolah yang dibangun khalifah Bani Abbasiyyah yang kemudian kelak hal ini menjadi penyebab kebangkitan  di dunia barat.

C. Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan Peranannya pada Masa Abbasiyah
Masa kekuasaan DinastiAbbasiyah merupakan masa keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat Yunani yang dijumpai kaum muslimin pada abad ke-8 M di Suriah, Mesopotamia, Persia, dan Mesir.
Di antara penguasa Abbasiyah yang termasuk tokoh ilmuwan muslim adalah Abu Ja’far Al-Manshur, Harun Ar-Rasyid, dan Al-Makmun. Peranan mereka selain melakukan kegiatan penerjemah, juga mendukung dan memfalitasi kegiatan penerjemah yang dilakukan ilmuwan-ilmuwan yang lain.
Yang pertama adalah tokoh-tokoh dalam bidang ilmu agama
Cendekiawan di bidang ilmu tauhid atau ilmu kalam
Ilmu tauhid merupakan ilmu yang membahas keesaan Allah Swt. Tokohnya, yaitu Abu Harun Al-Asy'ari dan Abu Mansyur Al-Matridi. Keduanya dikenal dengan sebutan "Ahlus Sunah Waljama'ah" yang berpandangan bahwa segala macam ibadah dikembalikan pada sunah Rasulullah Saw.

Cendekiawan di bidang ilmu fikih 
Fikih adalah ilmu yang membahas tentang hukum-hukum agama, meliputi masalah taharah, muamalah munakahat, dan jinaayah. Ilmu ini muncul pada abad kedua hijriyah karena semasa Rasullullah Saw. masih hidup, beliaulah yang menjadi sumber hukum.

Ulama-ulama di bidang fikih disebut dalam empat (4) mazhab yaitu :
Imam Abu Hanifah (Mazhab Hanafi)

Nama lengkap : An-Nu'man ibnu sabit bin Zauthi.
Lahir               : Di Kufah 699M/80 H
Hasil karya     : Masailul usul Masailul Nawadir, dan Al-Fatawa wal Wa'diat 
Pengikut          : Mesir, Afganistan, Turkistan, dan anak benua India Pakistan

Imam Malik Ibnu Anas (Mazhab Maliki)
Nama lengkap : Malik bin Amar bin Malik bin Abi Amir
Lahir               : Madinah, 712M/93 H
Hasil karya     : Al-Muwatta yang mengandung 1726 buah hadis
Pengikut          : Tunisia, Libya, Mesir, Spanyol, dan Afrika

Imam Syafi'i (Mazhab Syafi'i)
Nama lengkap : Abu Abdullah Muhammad Idris bin Abbas bin Syafi'i
Lahir               : Khaza, Askalan Palestina 767M/ 150 H
Hasil karya     : Al-Umm yang merupakan sebuah kitan yang membahas hukum islam secara logis dan sistematis. Ar-Risalah, Musnad Iman Syafi'i, Siyarul Ausa'i, Ibtalul Istishah, Jima'ulm Ikhtilaful Hadis.  Pengikut          : Indonesia, Malaysia, Filipina, Mesir, dan Pakistan Beliau termasuk orang yang cerdas, pada usia 9 tahun telah hafal Al-Qur'an dan pada tahun telah hafal kitab Al-Muwatta kaarangan Imam Malik.

Imam Ibnu Hambali (Mazhab Hambali)  
Nama lengkap : Ahmad bin Hambal ibnu Hilal Az-zahliy as-Syaibany 
Lahir               : Baghdad, 780 M/164 H
Hasil karya     : Musnad, yang merupakan ensiklopedia yang memuat sekitar 2900 buah hadis. An-Nasikh wal Mansukh, yang berisi tentang adanya ayat-ayat Al-Qur'an yang dihapus dan penggantinya.  Pada usia 16 tahun beliau telah hafal Al-Qur'an, hadis, dan fikih.

Cendekiawan di bidang ilmu akhlak
a.             Al Ghazali    
Nama lengkap : Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali    
Lahir               : Tus kota di Iran, 1058 M/450 H    
Wafat              : 502 H    
Hasil karya     : Maqasidul Falsafah, Al Munqiz Minad Dalal, Ihya Ulumuddin, Al Basit, Bidayatul Mujtahid dll. Beliau menguasai ilmu fikih, tauhid, filsafah, matematika, dan fisika pada usia muda, pada masa tuanya belajar tasawuf. 
b.            Al-Qusyairy Beliau alim dalam ilmu-ilmu fikih, tafsir, hadis, ushul, adab, terutama tasawuf. Kitab yang terkenal mengenai tasawuf adalah Ar-Risalahul Qusyairiyah.
c.             Syahabuddin
Nama lengkap : Abu Hafas Umar bin Muhammad Syahabuddin Sahroardy
Wafat              : Baghdad, 632 H
Hasil karya     : Ilmu tasawuf pada Awariffu Ma'arif.

Yang kedua adalah tokoh ilmuwan muslim dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya.
1.      Cendekiawan di bidang ilmu fisika
a.       Al-Farabi
Nama lengkap : Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Turkham bin Awzalagh Al-Farabi.
Lahir               : 870 M
Wafat              : 950 M
Hasil karya     : Adradh ma ba'da al-Thabi'ah atau intisari, buku matematika Beliau juga pencipta musik yang dinamai Al-Qonum yang lalu ditiru oleh barat dengan nama piano
b.      Ibnu Al-Haytman
Nama lengkap : Abu Ali Hasan bin Al-haytman Al Basri Al Misri
Lahir               : 965 M
Hasil karya     : Makalah fi Daw al Qamar, Fil maraya al-mugriqad bi al kutu, Fi surat al kusuf, On Twilight Phenomena, cendikiawan di bidang ilmu fisika. Beliau adalah ahli fisika dan matematika.
c.             Ibnu Sina
Nama lengkap : Abu Ali Husein bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina
Sebutan           : Avicenna Lahir               : 980 M/370 H di Afsyana. Bukhara
Hasil karya     : Al-Qanun fi Thibb yaitu dasar-dasar ilmu kedokteran, buku ini sejak zaman dinasti Han telah dijadikan sumber standar karya-karya medis Cina. Disebut "Father of Doctor." d.       
Ibnu Rusyd
Nama lengkap : Abu Al-Wahid Muhammad bin Muhammad bin Rusyd
Sebutan           : Averroes
Lahir               : 1126 M di Spanyol

Hasil karya     : Tahaful Al-Tahafut Beliau adalah perintis ilmu kedokteran umum serta perintis pengenal ilmu jaringan  (histology), di bidang penelitian-penilitian pembuluh darah dan penyakit campak.
d.            Ar-Razi
Nama lengkap : Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya Ar-Razi
Sebutan           : Rozes
Hasil karya     : Al-Hawi, sekarang dijadikan buku induk kedokteran modern Beliau seorang ahli penyakit campak dan penemu air raksa yang dipakai dalam dunia kedokteran
e.             Ibnu Nafis
Nama lengkap  : Alauddin Abu Al-Ala bin Abi Al-Haram Al Qurasyi Ad-Dimasyqi ibnu Nafis
Hasil karya      : Kitab Asy-Syami fi Tibb, Kitab Al-Muhadzahab fil Khul, Mujiz al-Qanun
Beliau adalah seorang dokter terkenal dan juga seorang penulis serba bisa pada abad ke-13
f.             Ibnu Al-Muzir
Nama lengkap  : Ibnu Al-Muzir Abu Badr, dikenal dengan nama Al-Baytar An-Nasiri.
Beliau dikenal sebagai Grand Masternya dokter hewan

Cendekiawan di bidang ilmu astrologi
a.           Al-Fargani
Nama lengkap  : Abu Al-Abbas Ahmad Al-Fargani (Al-Fraganus)  
Hasil karya      : Jawami Ilm An Nujum wak Harakat As Samawiyya, Usul 'ilm An Nujum (Asas-asas ilmu bintang), Mudkhal ila 'Ilm Al-Falak (Pengantar ilmu perbintangan)
b.           Ibnu Rusta
Nama lengkap  : Abu Ali Ahmad bin Umar bin Rusta
Hasil karya      : Ia banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur'an untuk memperkuat pandangan-pandangan astronominya, salah satu karyanya adalah kitab Al-'Alakan Nasihah, yang berisi tentang keajaiban-keajaiban dunia, tentang laut, sungai, dan tujuh macam iklim menurut sistem Yunani
c.           Al-Kindi
Nama lengkap : Abu Yusuf bin Ishaq
Lahir               : Kufah, Irak pada 796 M
Asal                : Kindah di Yaman
Sebutan           : Al Kindus
Hasil karya     : Risalah fi Masa'il Su'ila Ahwal Al Kawakib, yakni jawaban terhadap pertanyaan seputar keadaan planet-planet. Risalah fi Jawab Masa'il Thabi'iyyah fi Kayfiyyat Nujumiyyah, yakni pemecahan soal-soal tesis tentang sifat-sifat perbintangan. Risalah fi Fashlayn, tentang dua musim (Musim panas dan dingin). FI Asy-Sya'at  (Tentang sinar bintang)





BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Daulah Abbasiyyah merupakan bukti sejarah tentang kejayaan islam pada abad pertengahan, dalam pemerintahan ini berbagai perkembangan muncul, baik dalam sektor ilmu pengetahuan maupun aliran pemikiran. Faktor yang melahirkan fenomena ini adalah karena perhatian dan dukungan pemerintah daulah Abbasiyyah yang cukup besar terhadap pengembangan dua bidang ini. 
Pemerintah daulah ini giat melakukan pembenahan pendidikan seperti membangun sarana-prasarana belajar, dan memberikan kebebasan, bahkan mendukung dan memberi dorongan yang penuh bagi para ilmuwan dan pemikir untuk mengeluarkan pendapat dan menyusun karya, sehingga mereka dengan leluasa dapat mengembangkan keahliannya. Kondisi inilah akhirnya membawa daulah ini kepuncak kejayaan yang tiada tandingannya pada waktu itu.


DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Edisi I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 16.
Harun Nasution, Teologi Islam, (UI-Press, 2002), Cet. I. 
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid. I (Jakarta : UI-Press, 2005).
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara, Edisi Ke-V (UII-Press, 1993).
 Plilip K. Hitti, The Arabs a Short History, Terj. U Hutalagung dan o.d.p. Sihombing, Dunia Arab, Sejarah Ringkas, (Bandung: Van Hoeve S-Gravenhage, 1953).
Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2006), cet. 32.
Yusuf Al-Isy, Tarikh ‘Ashr Al-Khilafah Al-Abbasiyah, Terj. Arif Munandar, Dinasti Abbasiyyah, (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kaustar, 2007). 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perubahan Wujud Benda