BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam sejarah islam perkembangan
ilmu pengetahuan dan aliran pemikiran adalah dua hal yang pernah terjadi dan
pernah mengalami pasang naik dan pasang surut. Pada awal islam pengembangan
ilmu pengetahuan dan aliran belum begitu maju, pada saat itu para sahabat tidak
begitu terdesak dan berminat untuk melakukan penalaran dan analisa yang
mendalam pada suatu masalah yang terjadi di antara mereka, akan tetapi mereka
langsung menanyakannya kepada Nabi bagaimana penyelesaiannya.
Pada masa awal kepemimpinan sahabat perkembangan ilmu
pengetahuan dan pemikiran juga belum lahir, namun pada masa kekhalifahan Ali
bin Abi Thalib bidang ini mulai bermunculan, hal ini ditandai dengan lahirnya
aliran pemikiran yaitu Khawarij setelah kejadian tahkim (arbitrase) antara
pihak Ali dengan pihak Muawiyah bin Abu Sofyan pada perang Siffin.
Puncak kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam islam
terjadi pada masa kekalifahan Daulah Abbasiyyah, hal ini karena khalifah saat
itu sangat besar perhatiannya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan
pemikiran. Ilmu yang dikembangkan bukan hanya ilmu agama saja, tetapi juga
pengetahuan umum dan ilmu pasti. Pada masa inilah berbagai pakar dan bidang ilmu
lahir dengan cukup subur.
Kajian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran
adalah dua hal yang menarik dan urgen, untuk melihat perjalanan sejarah dan
khazanah keilmuan dan pemikiran yang muncul dalam islam dari masa ke masa.
Namun dalam makalah ini penulis hanya memfokuskan pembahasan pada periode
kekhalifahan Abbasiyah yang diketahui pada saat itu merupakan puncak
perkembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam islam.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pemerintahan pada Bani
Abbasiyah ?
2. Bagaiamana Perkembangan Ilmu
Pengetahuan pada masa daulah Abbasiyah ?
3. Siapa
saja tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan Peranannya pada Masa Abbasiyah ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sekilas Tentang Daulah Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah merupakan lanjutan dari pemerintahan
dinasti Bani Umayyah, dinasti ini dinamakan Abbasiyah adalah karena pendiri dan
khalifah yang berkuasa pada dinasti ini merupakan keturunan dari Al Abbas,
yaitu salah satu paman Nabi Muhammad Saw.
Daulah Abbasiyyah pertama sekali didirikan oleh Abu Abbas
al-Safah (750-754 M), dan ia sendiri yang menjadi khalifah pertama dinasti ini,
namun kekuasaannya sangat singkat setelah itu dilanjutkan oleh Al-Mansur
(754-775 M). Al-Mansur dipilih sebagai khalifah atas jasanya yang besar dalam
membina dinasti ini pada awal pendiriannya.
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di
satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika
itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di
Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan
pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib.
Al-Mansur terkenal kuat dan tegas, ia tidak segan-segan
menindak lawannya, bahkan juga membunuh pihak-pihak yang dianggap berbahaya.
Misalnya Abu Muslim di Khurasan yang dianggap menjadi saingannya di undang ke
Bagdad, kemudian di adili dan dihukum mati. Sehingga dinasti ini benar-benar
berkuasa dan kuat pada saat itu, dan dinasti ini sangat disegani bangsa lain
seperti Byzantium dan lainya.
Disaat merasa kurang aman berada ditengah-tengah kalangan
bangsa Arab, Al-Mansur memindahkan pusat pemerintahan Abbasiyyah ke Bagdad
dekat ibu kota Persia, maka pada tahun 762 Bani Abbas telah berada di
tengah-tengah bangsa Persia, dan yang menjadi pengawal dan pegawai istana tidak
diambil dari golongan Arab, tetapi dari golongan Bangsa Persia. Durasi waktu
pemerintahan Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.
Bentuk pemerintahan yang didirikan oleh Al-Mansur adalah
dalam bentuk tradisi yang baru dengan mengangkat wazir yang membawahi
kepala-kepala departemen. Salah satu orang yang diangkat sebagai wazirnya
adalah Khalid Ibnu Barmak yang berasal dari Bangsa Persia. Pasca Al-Mansur
dinasti ini diteruskan oleh keturunannya dan terus berganti dari waktu ke waktu
dengan berbagai corak kepemimpinan dan kebijakan masing-masing.
Pemerintahan Bani Abbas banyak mengalami kemajuan
dibandingkan dinasti sebelumnya, pada masa Bani Umayyah, pemerintahan lebih
besar perhatiannya kepada perluasan teritorial wilayah islam, dan sedikit
sekali perhatian untuk melakukan pembenahan administrasi negara, militer,
ekonomi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pemikiran. Di masa Abbasiyyah
perhatian penuh diberikan dalam bidang ini, sehingga dinasti islam saat itu
menjadi satu-satunya kekuasaan yang kuat dan tidak tertandingkan oleh siapapun.
B. Daulah Abbasiyyah Dan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada masa pemerintahan Abbasiyyah ilmu pengetahuan
berkembang cukup pesat dan mencapai puncak keemasannya, khususnya pada dua abad
pertama dari lima abad pemerintahan dinasti ini. Faktor yang mempengaruhi
kemajuan bidang ini adalah karena semangat dan dukungan dari penguasa saat itu
untuk menggiatkan pengembangan ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama maupun
umum.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi pada masa Bani
Abbas ini tidak terlepas dari pengaruh upaya dinasti sebelumnya yaitu dinasti
Bani Umayyah, pada masa Umamiyah ilmu pengetahuan mulai dikembangkan dan hal
ini menjadi cikal bakal bagi perkembangan yang lebih gemilang di masa
setelahnya. Karena itu tidak benar pernyataan bahwa pada masa Bani Umayyah
tidak ada pengembangan ilmu pengetahuan.
Era baru perkembangan ilmu pengetahuan dalam pemerintahan
Bani Abbas adalah ketika dinasti ini dipegang oleh Harun Ar-Rasyid (785-809).
Ia dikenal sebagai khalifah yang mencintai seni dan ilmu. Ia banyak meluangkan
waktunya untuk berdiskusi dengan kalangan ilmuwan dan mempunyai apresiasi yang
tinggi terhadap seni. Al-Rasyid mengembangkan satu akademi Gundishapur yang
didirikan oleh Anushirvan pada tahun 555 M. pada masa pemerintahannya lembaga
tersebut dijadikan sebagai pusat pengembangan dan penerjemahan bidang ilmu
kedokteran, obat dan falsafah.
Selain mencintai ilmu pengetahuan Harun Ar-Rasyid juga
banyak melakukan upaya untuk memperkuat pertahanan negara dengan mengikat
hubungan bilateral dengan negara-negara yang lain, melakukan pengembangan
ekonomi rakyat, mendirikan tempat-tempat wisata, dan lain-lain. Sehingga pada
waktu itu Bagdad dikenal keseluruh pelosok dunia sebagai negara kuat dan
mempunyai sumber daya yang lengkap, bahkan juga masyarakat Bagdad saat itu
termasyur dengan kehidupannya yang glamor dan masa itu menjadi kesan yang indah
sepanjang sejarah peradaban islam.
Setelah Harun Al-Rasyid dinasti ini dilanjutkan oleh
putranya Al-Makmun (813-833). Pada masa Al-Makmun perkembangan ilmu pengetahuan
bertambah pesat, karena perhatiannya yang cukup besar dalam bidang ini, dan
pada saat itu Bagdad telah menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia.
Al-Makmun banyak menterjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani, buku-buku ini ia
beli dari dan mencari para penerjemah-penerjemah baik dari golongan Kristen,
Sabi bahkan juga para penyembah bintang untuk menerjemahkan buku ini ke dalam
bahasa Arab.
Pada masa kekhalifahan Al-Makmun juga didirikan pusat
akademik, kegiatan penterjemahan dan perpustakaan yaitu Bait al-Hikmah, kajian
pada lembaga ini lebih diutamakan kepada ilmu kedokteran, matematika, optika,
geografi, fisika, astronomi, sejarah dan di samping itu juga bidang filsafat.
Selain lembaga ini ia juga mendirikan sekolah-sekolah.
Pada masa dinasti ini
berbagai bidang ilmu pengetahuan lahir dan berbagai pakar muncul baik dalam
ilmu agama, logika, sastra, ilmu alam, ilmu pasti dan lainnya. Para cendikiawan
saat itu bukan hanya menguasai tentang filsafat dan ilmu pengetahuan yang
mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi mereka juga mampu memasukkan
hasil penyelidikan mereka sendiri ke dalam lapangan ilmu pengetahuan dan juga
pemikiran mereka dalam lapangan filsafat.
Dalam ilmu agama pada saat itu lahir banyak ahli dalam
bidang yang beragam seperti ilmu hadits, tafsir, fiqh dan lain sebagainya.
Berbagai karya yang manumental dikarang pada periode ini dan karya-karya
tersebut dijadikan sebagai bacaan dan rujukan hingga sekarang. Di antara
karya-karya tersebut adalah buku susunan hadits yaitu Sahih Bukhari dan Sahih
Muslim yang disusun oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim . Dan dalam ilmu
fiqh pada saat itu lahir para imam mazhab fiqh yang empat yaitu Imam Malik,
Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal.
Dan mazhab ini masih bertahan hingga sekarang.
Demikian juga halnya dalam bidang ilmu yang lain, juga
banyak melahirkan karya dan para pakar, misalnya Al-Fazari yang dikenal sebagai
pakar dalam bidang astronomi dan telah menciptakan astrolabe yang dipakai untuk
mengukur tinggi bintang. Pakar lainnya yaitu Al-Farqani yang dikenal di Eropa
sebagai Al-Fragnus yang juga merupakan salah seorang ahli dalam bidang
astronomi. Dalam kimia terkenal nama Abu Bakar Zakaria Al-Razi, dalam bidang
fisika Abu Raihan Muhammad Al-Baituni, dalam bidang optik dikenal namanya Abu
Ali Al-Hasan dan berikut juga para pakar-pakar lainnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah mencapai
puncaknya, dan hampir mencakup semua disiplin ilmu baik agama maupun umum, ini
merupakan suatu prestasi yang sungguh menakjubkan dan tidak ada tandingannya
pada waktu itu, baik dari dinasti islam maupun lainnya, dan pada saat
negara-negara Eropa banyak mengirim pelajarnya untuk belajar ke sekolah-sekolah
yang dibangun khalifah Bani Abbasiyyah yang kemudian kelak hal ini menjadi
penyebab kebangkitan di dunia barat.
C.
Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan Peranannya pada Masa Abbasiyah
Masa
kekuasaan DinastiAbbasiyah merupakan masa keemasan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan. Pemikiran filsafat masuk ke dalam Islam melalui filsafat
Yunani yang dijumpai kaum muslimin pada abad ke-8 M di Suriah, Mesopotamia,
Persia, dan Mesir.
Di
antara penguasa Abbasiyah yang termasuk tokoh ilmuwan muslim adalah Abu Ja’far
Al-Manshur, Harun Ar-Rasyid, dan Al-Makmun. Peranan mereka selain melakukan
kegiatan penerjemah, juga mendukung dan memfalitasi kegiatan penerjemah yang
dilakukan ilmuwan-ilmuwan yang lain.
Yang
pertama adalah tokoh-tokoh dalam bidang ilmu agama
Cendekiawan
di bidang ilmu tauhid atau ilmu kalam
Ilmu
tauhid merupakan ilmu yang membahas keesaan Allah Swt. Tokohnya, yaitu Abu
Harun Al-Asy'ari dan Abu Mansyur Al-Matridi. Keduanya dikenal dengan sebutan
"Ahlus Sunah Waljama'ah" yang berpandangan bahwa segala macam ibadah
dikembalikan pada sunah Rasulullah Saw.
Cendekiawan di bidang ilmu fikih
Fikih
adalah ilmu yang membahas tentang hukum-hukum agama, meliputi masalah taharah,
muamalah munakahat, dan jinaayah. Ilmu ini muncul pada abad kedua hijriyah
karena semasa Rasullullah Saw. masih hidup, beliaulah yang menjadi sumber
hukum.
Ulama-ulama di bidang fikih disebut dalam empat (4) mazhab yaitu :
Ulama-ulama di bidang fikih disebut dalam empat (4) mazhab yaitu :
Imam
Abu Hanifah (Mazhab Hanafi)
Nama lengkap : An-Nu'man ibnu sabit bin Zauthi.
Lahir
: Di Kufah 699M/80 H
Hasil
karya : Masailul usul Masailul Nawadir, dan Al-Fatawa wal
Wa'diat
Pengikut
: Mesir, Afganistan, Turkistan, dan anak
benua India Pakistan
Imam Malik Ibnu Anas (Mazhab Maliki)
Imam Malik Ibnu Anas (Mazhab Maliki)
Nama
lengkap : Malik bin Amar bin Malik bin Abi Amir
Lahir
: Madinah, 712M/93 H
Hasil
karya : Al-Muwatta yang mengandung 1726 buah hadis
Pengikut
: Tunisia, Libya, Mesir, Spanyol, dan Afrika
Imam Syafi'i (Mazhab Syafi'i)
Imam Syafi'i (Mazhab Syafi'i)
Nama
lengkap : Abu Abdullah Muhammad Idris bin Abbas bin Syafi'i
Lahir
: Khaza, Askalan Palestina
767M/ 150 H
Hasil
karya : Al-Umm yang merupakan sebuah kitan yang membahas hukum
islam secara logis dan sistematis. Ar-Risalah, Musnad Iman Syafi'i, Siyarul
Ausa'i, Ibtalul Istishah, Jima'ulm Ikhtilaful Hadis. Pengikut
: Indonesia, Malaysia, Filipina, Mesir, dan Pakistan
Beliau termasuk orang yang cerdas, pada usia 9 tahun telah hafal Al-Qur'an dan
pada tahun telah hafal kitab Al-Muwatta kaarangan Imam Malik.
Imam
Ibnu Hambali (Mazhab Hambali)
Nama
lengkap : Ahmad bin Hambal ibnu Hilal Az-zahliy as-Syaibany
Lahir
: Baghdad, 780 M/164 H
Hasil
karya : Musnad, yang merupakan ensiklopedia yang memuat sekitar
2900 buah hadis. An-Nasikh wal Mansukh, yang berisi tentang adanya ayat-ayat
Al-Qur'an yang dihapus dan penggantinya. Pada usia 16 tahun beliau telah
hafal Al-Qur'an, hadis, dan fikih.
Cendekiawan di bidang ilmu akhlak
Cendekiawan di bidang ilmu akhlak
a.
Al Ghazali
Nama
lengkap : Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali
Lahir
: Tus kota di Iran, 1058 M/450
H
Wafat
: 502 H
Hasil
karya : Maqasidul Falsafah, Al Munqiz Minad Dalal, Ihya
Ulumuddin, Al Basit, Bidayatul Mujtahid dll. Beliau menguasai ilmu fikih,
tauhid, filsafah, matematika, dan fisika pada usia muda, pada masa tuanya
belajar tasawuf.
b.
Al-Qusyairy Beliau alim dalam ilmu-ilmu
fikih, tafsir, hadis, ushul, adab, terutama tasawuf. Kitab yang terkenal
mengenai tasawuf adalah Ar-Risalahul Qusyairiyah.
c.
Syahabuddin
Nama
lengkap : Abu Hafas Umar bin Muhammad Syahabuddin Sahroardy
Wafat
: Baghdad, 632 H
Hasil
karya : Ilmu tasawuf pada Awariffu Ma'arif.
Yang kedua adalah tokoh ilmuwan muslim dalam bidang
ilmu pengetahuan lainnya.
1. Cendekiawan di
bidang ilmu fisika
a. Al-Farabi
Nama lengkap : Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin
Turkham bin Awzalagh Al-Farabi.
Lahir
: 870 M
Wafat
: 950 M
Hasil karya : Adradh ma ba'da
al-Thabi'ah atau intisari, buku matematika Beliau juga pencipta musik yang
dinamai Al-Qonum yang lalu ditiru oleh barat dengan nama piano
b. Ibnu Al-Haytman
Nama lengkap : Abu Ali Hasan bin Al-haytman Al Basri
Al Misri
Lahir
: 965 M
Hasil karya : Makalah fi Daw al Qamar,
Fil maraya al-mugriqad bi al kutu, Fi surat al kusuf, On Twilight Phenomena,
cendikiawan di bidang ilmu fisika. Beliau adalah ahli fisika dan matematika.
c.
Ibnu Sina
Nama
lengkap : Abu Ali Husein bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina
Sebutan
: Avicenna Lahir
: 980 M/370 H di Afsyana. Bukhara
Hasil
karya : Al-Qanun fi Thibb yaitu dasar-dasar ilmu kedokteran, buku
ini sejak zaman dinasti Han telah dijadikan sumber standar karya-karya medis
Cina. Disebut "Father of Doctor." d.
Ibnu
Rusyd
Nama
lengkap : Abu Al-Wahid Muhammad bin Muhammad bin Rusyd
Sebutan
: Averroes
Lahir
: 1126 M di Spanyol
Hasil
karya : Tahaful Al-Tahafut Beliau adalah perintis ilmu kedokteran
umum serta perintis pengenal ilmu jaringan (histology), di bidang
penelitian-penilitian pembuluh darah dan penyakit campak.
d.
Ar-Razi
Nama
lengkap : Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya Ar-Razi
Sebutan
: Rozes
Hasil
karya : Al-Hawi, sekarang dijadikan buku induk kedokteran modern
Beliau seorang ahli penyakit campak dan penemu air raksa yang dipakai dalam
dunia kedokteran
e.
Ibnu Nafis
Nama
lengkap : Alauddin Abu Al-Ala bin Abi Al-Haram Al Qurasyi Ad-Dimasyqi
ibnu Nafis
Hasil
karya : Kitab Asy-Syami fi Tibb, Kitab Al-Muhadzahab fil
Khul, Mujiz al-Qanun
Beliau
adalah seorang dokter terkenal dan juga seorang penulis serba bisa pada abad
ke-13
f.
Ibnu Al-Muzir
Nama
lengkap : Ibnu Al-Muzir Abu Badr, dikenal dengan nama Al-Baytar
An-Nasiri.
Beliau
dikenal sebagai Grand Masternya dokter hewan
Cendekiawan di bidang
ilmu astrologi
a.
Al-Fargani
Nama lengkap : Abu Al-Abbas Ahmad
Al-Fargani (Al-Fraganus)
Hasil karya : Jawami
Ilm An Nujum wak Harakat As Samawiyya, Usul 'ilm An Nujum (Asas-asas ilmu
bintang), Mudkhal ila 'Ilm Al-Falak (Pengantar ilmu perbintangan)
b.
Ibnu Rusta
Nama lengkap : Abu Ali Ahmad bin
Umar bin Rusta
Hasil karya : Ia
banyak mengutip ayat-ayat Al-Qur'an untuk memperkuat pandangan-pandangan
astronominya, salah satu karyanya adalah kitab Al-'Alakan Nasihah, yang berisi
tentang keajaiban-keajaiban dunia, tentang laut, sungai, dan tujuh macam iklim
menurut sistem Yunani
c.
Al-Kindi
Nama lengkap : Abu Yusuf bin Ishaq
Lahir
: Kufah, Irak pada 796 M
Asal
: Kindah di Yaman
Sebutan
: Al Kindus
Hasil karya : Risalah fi
Masa'il Su'ila Ahwal Al Kawakib, yakni jawaban terhadap pertanyaan seputar
keadaan planet-planet. Risalah fi Jawab Masa'il Thabi'iyyah fi Kayfiyyat
Nujumiyyah, yakni pemecahan soal-soal tesis tentang sifat-sifat perbintangan.
Risalah fi Fashlayn, tentang dua musim (Musim panas dan dingin). FI Asy-Sya'at
(Tentang sinar bintang)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Daulah Abbasiyyah merupakan bukti sejarah tentang kejayaan
islam pada abad pertengahan, dalam pemerintahan ini berbagai perkembangan
muncul, baik dalam sektor ilmu pengetahuan maupun aliran pemikiran. Faktor yang
melahirkan fenomena ini adalah karena perhatian dan dukungan pemerintah daulah
Abbasiyyah yang cukup besar terhadap pengembangan dua bidang ini.
Pemerintah daulah ini giat melakukan pembenahan pendidikan
seperti membangun sarana-prasarana belajar, dan memberikan kebebasan, bahkan
mendukung dan memberi dorongan yang penuh bagi para ilmuwan dan pemikir untuk
mengeluarkan pendapat dan menyusun karya, sehingga mereka dengan leluasa dapat
mengembangkan keahliannya. Kondisi inilah akhirnya membawa daulah ini kepuncak
kejayaan yang tiada tandingannya pada waktu itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban
Islam, Edisi I, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 16.
Harun Nasution, Teologi Islam,
(UI-Press, 2002), Cet. I.
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari
Berbagai Aspeknya, Jilid. I (Jakarta : UI-Press, 2005).
Munawir Syadzali, Islam dan Tata
Negara, Edisi Ke-V (UII-Press, 1993).
Plilip K. Hitti, The Arabs a
Short History, Terj. U Hutalagung dan o.d.p. Sihombing, Dunia Arab, Sejarah
Ringkas, (Bandung: Van Hoeve S-Gravenhage, 1953).
Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah
Wal Jamaah, (Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 2006), cet. 32.
Yusuf Al-Isy, Tarikh ‘Ashr
Al-Khilafah Al-Abbasiyah, Terj. Arif Munandar, Dinasti Abbasiyyah, (Jakarta
Timur: Pustaka Al-Kaustar, 2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar