KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohiim
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat-Nya dan karuniaNya,saya bisa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Masalah
Perang TONDANO DAN PATTIMURA ANGKAT SENJATA”dengan tepat waktu dan baik, makalah ini disusun guna memenuhi Tugas mata pelajaran sejarah Indonesia
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1
2. Semua
pihak/rekan-rekan yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, sudah
barang tentukritik dan
saran penulis harapkan dari pembaca guna melengkapi dan menyempurnakan
kekurangan daripada penulis. Semoga dengan disusunnya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya, khususnya bagi siswa-siswi
Pandeglang,29September
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar
Belakang...................................................................................................... 4
b. Rumusan
Masalah................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
a. Perang tondano I............................................................................................................... 5
b. Perang Tondano
II.............................................................................................................. 5
c. Pattimura Angkat
senjata.................................................................................................... 8
BAB
III PENUTUP
a. Kesimpulan..........................................................................................................9
b. Saran…………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
1.Perang Tondano
Bahwa hal-hal yang melatarbelakangi
terjadinya perang antara orang Minahasa dengan kompani Belanda, antara lain
dipengaruhi oleh sikap antipati seluruh Walak di Minahasa khususnya Walak
Tondano atas kedatangan kolonial Belanda yang dianggap sama dengan kolonial
asing sebelumnya, yakni orang Tasikela (Portugis dan Spanyol) yang telah
membunuh beberapa Tona’as, antara lain Mononimbar dan Rakian dari Tondano dan
Tona’as Umboh dari Tomohon, serta adanya pemerkosaan terhadap perempuan
(Wewene) Minahasa. Hal ini menimbulkan kesan bahwa semua orang kulit putih
(kolonial) memiliki perangai yang sama alias kejam. Demikian juga pada perang
ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung Pangalila kepala Walak Tondano, dan
Ukung Sumondak kepala Walak Tompaso.
2.Pattimura
angkat senjata
Perlawanan Pattimura terjadi di
Sapura, yaitu sebuah kota kecil di dekat pulau Ambon. Sebab-sebab terjadinya
perlawanan :
a) Kembalinya
pemerintahan kolonial Belanda di Maluku dari tangan Inggris.
b) Pemerintahan kolonial Belanda
memberlakukan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib yang sudah
dihapuskan oleh Inggris.
c) Pemerintahan kolonial
Belanda mengeluarkan uang kertas sebagai pengganti uang logam yang sudah
berlaku di Maluku, yang menambah kegelisahan rakyat.
d) Belanda mulai
menggerakkan tenaga dari kepulauan Maluku untuk menjadi tentara Belanda.
B. Rumusan Masalah:
a. terjadiya perang Tondano I ?
b. terjadinya perang Tondano II ?
c. tokoh-tokoh perlawanan Pattimura
angkat senjata ?
d. Jalannya perang perlawanan
pattimura angkat senjata ?
e. Akhir perang perlawanan Pattimura
angkat senjata ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perang
Tondano I
Sekalipun hanya berlangsung sekitar
satu tahun perang tonando di kenal dalam dua tahap. Perang Tondono I
terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa barat orang – orang
spanyol sudah sampai di tanah Minahasa (Tondono) Sulawesi Utara.
Orang-orang spanyol disamping berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh
yang berjasa dalam penyebaran agam kristen di tanah minahasa adalah Fransiscus
Xaverius. Hubungan dagang orang minahas dan spanyol terus berkembang. Tetapi
mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya mulai terganggu dengan
kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC telah berhasil menanamkan
pengaruhnya di ternate. Bahkan gubernur Ternate bernama simon cos mendapatkan
kepercayaan dari batavia untuk membebaskan minahasa dari pengaruh spanyol.
Simon cos kemudian menempatkan kapalnya di selat lembeh untuk mengawasi pantai
timur minahasa. Para pedagang spanyol dan juga makasar yang bebas berdagang mulai
tersungkir karena ulah VOC.
VOC berusaha memaksakan kehendak agar
orang-orang minahasa menjual berasnya kepada VOC. Oleh karena itu VOC sangat
membutuhkan beras untuk melakukan monopoli perdagangan bebas di sulawesi utara.
Orang-orang minahasa menentang usaha monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lain
bagi VOC kecuali memerangi orang-orang minahasa. Untuk melemahkan orang-orang
minahasa, VOC membendung sungai temberan. Akibatnya aliran sungai meluap dan
menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang minahasa. Orang-orang
minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya di danau Tondono dengan
rumah-rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan
orang-orang Minahasa yang terpusat di danau Tondono. Simon Cos
kemudian memberikan ultimatum yang isinya antara lain :
(1) orang-orang Tondano
harus menyerahkan para tokoh pemberintak kepada VOC,
(2) orang-orang Tondano
hrus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi
rusaknya tanaman pdi karena genangan air sungai temberan.
Ternyata rakyat Tondano bergeming
dengan ultimatum VOC tersebut. Simo Cos sangat kesal karena ultimatumnya
tidak berhasil. Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke manado. Setelah itu
rakyat tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk, tidak
ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati VOC untuk membeli
hasil-hasil pertaniannya. Dengan demikian terbukalah tanah minahasa oleh VOC.
Berakhirlah Perang Tondano I. Orang-orang Minahasa itu kemudian
memindahkan perkampungannya di danau tondano ke perkampungan baru di daratan
yang di beri nama Minawanua (ibu negeri).
b. Perang Tondano
II
Perang Tondano II sudah terjadi
ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemerintahan kolonial belanda.
Perang ini di latarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jendral Deandels yang
mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar.
Untuk menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi.
Mereka yang dipilih adalah dari suku-suku yang memiliki kebernian berperang.
Beberapa suku dianggap memiliki keberanian adalah
orang-orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah deandels
melalu Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan
para Ukung.(Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah watak atau daerah
setingkat distrik). Dari Minahasa di terget untuk mengumpulkan calon
pasukan sejumlah 2000 orang yang akan di kirim ke Jawa. Ternyata
orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan program deandels untuk
meregrut pemuda-pemuda minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara para
ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan perlawanan
terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktifitas perjuangannya
di Tondano, Minawanoa. Salah seorang pemimpin berlawanan itu adalah
Ukung Lonto ia menegaskan rakyat minahasa harus melawan kolonial belanda
sebagai bentuk penolakan terhadap program pengiriman 2000 pemuda minahasa ke
jawa serta menolak kebijakan klonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras
secara Cuma-Cuma kepada belanda.
Dalam suasana yang semakin kritis itu
tidak ada pilihan lain bagi Gubernur Prediger kecuali mengirim pasukan untuk
menyerang pertahanan orang-orang minahasa di tondano, minawanua.
Belanda kembali menerapkan strategi
dengan membendung sungai temberan. Prediger juga membentuk 2 pasukan tangguh.
Pasukan yang satu disiapkan dari danau tondano dan pasukan yang lain menyerang
minawanua dari darat. Tanggal 23 oktober 1808 pertempuran mulai berkobar.
Pasukan belanda yang berpusat di danau tondano berhasil melakukan serangan dan
merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan minawanua,
sehingga menerobos pertahanan orang-orang minahasa di minawanua. Walaupun sudah
malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan
perlawanan dari rumah ke rumah.pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah
pagi hari tanggal 24 oktober 1808 pasukan belanda dari darat membombardir
kampung pertahanan Minawanua. Serangan terus di lakukan belanda sehingga
kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan. Pasukan prediger mulai
mengendorkan serangannya.
Tiba-tiba dari perkampungan itu
orang-orang tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga beberapa
korban berjatuhan dari pihak belanda. Pasukan Belanda terpaksa di tarik
mundur. Seiring dengan itu sungai temberan yang di bendung mulai meluap
sehingga mempersulit pasukan belanda sendiri. Dari jarak jauh belanda terus
menghujani meriam ke kampung minawanua, tetapi tentu idak efektif. Begitu juga
swrangan yang dari danau tidak mampu mematahkan semangat jaung orang-orang
tondano, Minawanua. Bahkan terpetik berita kapal Belanda yang paling besar
tenggelam di danau. Perang Tondano II berlangsung cukup lama,bahkan sampai
agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan makananan mulai ada
kelompok pejuang yang memihak kepada belanda. Namun dengan kekuatan yang ada
para pejuang tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada tanggl
4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan moraya milik para pejuang hancur
bersama rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dair
pada menyerah.
C.
Tokoh-tokoh Perlawanan Pattimura Angkat senjata
a)
Kapiten Pattimura (Thomas Mattulessi)
b)
Rhebok
c)
Thomas Pattiwel
d)
Raja tiow
e)
Lukas Lutamahina
f)
Johanes Mattulessi
g) Cristina
Marta tihahu
h) kapitten paulu tiahahu (ayah Cristina Marta
tihahu)
D.
Jalannya Perang Pattimura angkat senjata
Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan” mutiara dari timur “, yang
senantiasa di buru oleh orang-orang barat. namun kekuasaan orang-orang barat
telah merusak tata ekonomi dan pola perdagangan bebas yang telah lama
berkembang di nusantara. Pada masa pemerintahan inggris di bawah raffles
keadaan maluku relatif lebih tenang karena inggris bersedia membayar hasil bumi
rakyat maluku. Kegiatan kerja rodi mulai di kurangi. Bahkan para pemuda maluku
juga di beri kesempatan untuk bekerja pada dinas angkatan perang inggris.
Tetapi pada masa pemerintahan kolonial hindia belanda, keadaan kembali berubah.
Kegiatan monopoli di maluku kembali di perketat. Dengan demikian beban rakyat
semakin berat. Sebab selain penyerahan wajib, masih juga harus di kenai
kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan koki. Kalau ada
penduduk yang melanggar kan ditindak tegas. Di tambah lagi dengan desas desus
bahwa para guru akan di berhentikan untuk penghematan, para pemuda akan
dikumpulkan akan di jadikan tentara di luar maluku, di tambah dengan sikap
arogan residen saparua.hal ini sangat mengecewakan rakyat maluka.
Menanggapi
kondisi yang demikian para tokoh dan pemuda maluku melakukan serangkaian
pertemuan rahasia.sebagai contoh telah di adakan petemukan rahasia di pulau
haruku, pulau yang di huni orang-orang islam. Selanjutnya pada tanggal 14 mei
1817 di pulau saparua ( pulau yang di huni orang-orang kristen ) kembali di
adakan pertemuan di sebuah tempat yang sering di sebut hutan kayu putih. Dalam
berbagai pertemuan itu di simpulkan bahwa rakyat maluku tidak ingin terus
menderita di bawah keserkahan dan kekejaman belanda. Oleh karena itu, perlu
mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan belanda. Residen saparua harus
di bunuh. Sebagai pemimpin perlawanan di percayakan kepada pemuda yang bernama
thomas matulessy. Yang kemudian terkenal dengan gelarnya patimura. Thomas
matulesy pernah bekerja pada dinas angkatan perang inggris.
Gerakan dimulai
dengan menghancurkan kapal-kapal belanda dipelabuhan. Para pejuang maluku
kemudian menuju benteng duurtstede. Ternyata di benteng itu sudah berkumprl
pasukan belanda. Dengan demikian terjadilah pertempuran antara para pejuang
maluku melawan pasukan belanda. Belanda waktu itu dipimpin oleh presiden
van den berg. Sementara dari pihak para pejuang kecuali pattimura juga tampil
tokoh-tokoh seperti christina martha tiahahu,thomas pattiwail, dan lucas
latumahina. Para pejuang maluku dengan sekuat tenaga mengepung benteng
duurstede,dan tidak begitu menghiraukan tembakan-tembakan meriam yang
dimuntahkan oleh serdadu belanda dari dalam benteng. Sementara senjata para
pejuang maluku masih sederhana seperti pedang dan keris. Dalam waktu yang
hampir bersamaan para pejuang maluku satu persatu dapat memanjat dan masuk
kedalam benteng. Residen dapat dibunuh dan benteng duurstede dapat dikuasai
oleh para pejuang maluku. Jatuhnya benteng duurstede telah menambah semangat
juang para pemuda malukuuntuk terus berjuang dan melawan belanda.
E. Akhir Perang
Belanda kemudian
mendatangkan bantuan dari ambon. Datanglah 300 prajurit yang dipimpin oleh
mayor beetjes. Pasukan ini kawal oleh kapal nassau dan kapal evertsen. Namun
bantuan ini dapat digagalkan oleh pasukan pattimura,bahkan mayor beetjes.
Kembali kemenangan ini semakin menggelorakan perjuangan para pejuang diberbagai
tempat seperti di seram, hitu,maluku,dan larike. Selanjutnya pattimura memusatkan
perhatian untuk menyerang benteng zeenlandia dipulau haruku. Melihat gelagat
pattimura itu maka pasukan belanda dibenteng ini dipekuat oleh komandannya
groot. Patroli juga terus dirketat. Oleh karena itu, pattiura gagal menembus
benteng zeelandia.
Upaya perundingan
mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya belanda mengerahkan
semua kekuatannya termasuk bantuan dari batavia untuk merebut kembali benteng
duurstede. Agustus 1817 saparua diblokade,benteng duurstede dikepung yang
disertai tembakan meriam yang bertubi-tubi. Satu-persatu perlawanan diluar
benteng dapat dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan
belanda. Dalam kondisi yang demikian itu pattimura memerintahkan pasukannya
meloloskan diri dan meninggalkan tempat pertahanannya. Dengan demikian benteng
duurstede berhasil dikuasai belanda kembali. Pattimura dan pengikutnya terus
melawan dengan gerilya. Tetapi bulan november beberapa pembantu pattimura
tertangkap seperti kapitten paulu tiahahu.(ayah christina tiahahu).yang
kemudian dijatuhi hukuman mati. Mendengar peristiwa ini christina martha
tiahahu maran dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya. Belanda belum puas
sebelum dapat menangkap pattimura. Bahkan belanda mengumumkan kepada siapa saja
yang dapat menangkap pattimura akan diberi 1.000 gulden. Setalah enam bulan
memimpin perlawanan, akhirnya pattimura tertangkap. Tepat pada tanggal 16
desember 1817 pattimura dihukum gantung di alun-alun kota ambon. Christina
martha tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya akhinya juga
tertangkap. Ia tidak dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke
jawa sebagai pekerja rodi. Di kapal christina martha tiahahu tidak mau makan
dan buka mulut. Ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 1 januari 1818.
Jenazahnya dibuang ke laut. Dengan itu berakhirlah perlawanan pattimura.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Telah digambarkan
bagaimana daerah-daerah di Indonesia satu persatu jatuh ke tangan Belanda.
Dengan berbagai cara, rakyat Indonesia di berbagai daerah berusaha terus untuk
bertahan. Bila semua raja-raja di Indonesia memiliki armada-armada niaga yang
besar, maka setelah kerajaannya ditundukkan oleh Belanda, maka armada-armadanya
segera ditumpas oleh Belanda. Di samping itu, peraturan Belanda yang monopolitis
mengakibatkan terdesaknya ke sudut kebebasan perdagangan rakyat Indonesia.
Karena berjuang untuk kelangsungan hidupnya, rakyat yang hidup di pantai-pantai
selalu berusaha menerobos monopoli Belanda. Tindakan seperti itu oleh Belanda
disebut perdagangan gelap atau penyelundup. Namun demikian, tindakan-tindakan
rakyat Indonesia tersebut jelas merupakan bentuk perlawanan yang tak
henti-hentinya terhadap imperialisme Barat.
Jadi perang tondano I dan II dan
pattimura angkat senjata dipicu karena orang Belanda ingin memaksa
agar rakyat minahasa menyerahkan beras secara Cuma-Cuma kepada belanda dan
harus dikenai kewajiban kerja paksa,penyerahan ikan asin,dendeng,dan kopi
dan pemuda di wilayah Minahasa harus mau dikirim menjadi prajurit di jawa.para
pejuang juga hancur bersama rakyat di benteng pertahanan Moraya ,para pejuang
juga memilih mati dari pada menyerah (jadi pantang mundur sebelum kalah).
b. Saran
Kita harus bersikap seperti kapiten
Pattimura,cristhina Marta tiahahu dan pejuang-pejuang lainnya yaitu tidak boleh
menyerah dalam memperjuangkan kekuasaanya.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar