Jumat, 03 Mei 2019

Makalah Jujur dan Adil


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Masalah

Zaman sekarang yang semakin berkembangnya teknologi berdampak pada pola pikir yang serba cepat dan instan. Memang semakin maju dan semakin baik, tetapi disisi lain ada dampak negatif yang sedang melanda negara kita, tentunya Negara Indonesia tercinta. Masalahnya ialah bencana korupsi, kolusi, nepotisme.
Salah satu faktor bencana korupsi tersebut karena tidak adanya sikap berlaku jujur dan adil dari dalam diri para pejabat pemerintahan, yang serba instan membuat sikap tersebut jarang diterapkan.
Menerapkan sikap jujur dan adil sebenarnya tidaklah sulit. Dimulai dengan niat yang sungguh-sungguh dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sifat itu akan tertanam pada diri kita dengan sendirinya.
Untuk itu, dengan sulitnya sikap adil dan  jujur zaman sekarang karena berbagai faktor, kami akan membahas sedikit tentang “Bersikap Adil da jujur” dengan berbagai sumber-sumber yabg kami peroleh, agar mengetahui lebih dalam tentang sikap berlaku jujur dan adil.

B. Rumusan  Masalah
1.Apa definisi berlaku jujur dan adil ?
2.Sebutkan dalil tentang  berlaku jujur dan adil Al-Qur’an atau Hadit’s ?
3.Manfaat dan kegunaan berbuat jujur dan adil?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Berlaku jujur dan adil
1.      Definisi Jujur
Kata jujur sudah tidak asing lagi bagi kita, karena hampir setiap hari mendengar kata jujur. Namun belum tentu   tahu makna jujur dan tentunya sudah banyak yang tahu atau mengerti tentang makna jujur, ada juga di kalangan masyarakat kalau ditanya tentang jujur, ia tahu tetapi tidak bisa mengartikan jujur dengan merangkai kata-kata untuk menjadi kalimat yang mendefinisikan tentang jujur.
“Jujur adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur tersebut. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya tahu maknanya secara samar-samar. Berikut saya akan mencoba memberikan pemahaman sebatas mampu saya tetang makna dari kata jujur ini”
Jujur itu merupakan sifat yang tertanam dalam diri manusia antara menyampaikan dengan kenyataan itu sama tanpa ada tambahan atau kurang satu patah kata pun. Maka jika apapun yang terjadi seseorang tersebut talah mengakuinya, entah itu membuat orang lain senang atau justru membuat orang lain tersakiti.
Ada pepatah jawa mengatakan “Jujur ajur” atau dalam bahasa Indonesia “Jujur akan hancur” maksudnya dari kata-kata tersebut ialah jika seseorang bersikap jujur tetapi justru membuatnya hancur dengan apa yang telah menjadi tujuannya. Pepatah tersebut memang mengunutngkan tetapi yang namanya jujur pasti akan ketahuan juga. Maka sebaiknya kita selalu bersikap jujur walaupun itu pahit.
“Jika kejujuran kita membuat resah hati seseorang, jika keterusterangan kita mengganggu tidur malam seseorang, jika apa yang keluar dari suara hati ini menjadikan diri orang lain tersakiti. Maka mohonlah maaf pafanya, atas ketidakkuasaan hati untuk memendam perasaan. Kejujuran memang berat, dan terkadang kita dibuat tidak berdaya dan serba salah dengan kejujuran itu sendiri. Antara ya dan tidak, antara suka dan benci, antara menerima dan menolak, antara mengakui dan menutupi, sulit memang untuk bisa mengatakan “tidak” tanpa harus menyakiti kesucian hati. Kalau penulis sendiri ditanya seperti itu, sementara hati ini belum berpikir ke situ, penulis pun akan.”
Jika tidak sama antara penyampaian dan kenyataan maka dapat dikatakan berdusta atau  bohong. Sebenarnya jika tidak jujur, sama saja tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri atau boleh di bilang tidak ada rasa kepercayaan diri, dan telah membohongi diri sendiri dan juga orang lain yang bersangkutan. Hal itu tidak baik untuk kebiasaan sehari hari jika tidak ada  rasa kejujuran, dan hidup ini akan selalu menggantungkan kepada orang lain untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
“Jujur adalah tidak berbohong. Ya benar sekali, jujur adalah tidak berbohong. Sesederhana itu saja. Meskipun dalam prakteknya, kadang sesuatu yang simpel itu tiba tiba berubah menjadi rumit. Penyebabnya macam macam. Dan saya rasa, kita bisa menalarnya sendiri tentang itu”.

2.      Definisi sifat keadilan
Keadilan barasal dari kata adil, artinya dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya. Misalnya dalam menetapkan hukum, yang salah disalahkan dan yang benar di benarkan, dengan tidak membedakan yang diadili. Sifat adil artinya, suatu sifat yang teguh, kukuh yang tidak menunjukkan memihak kepada seorang atau golongan. Adil itu sikap mulia dan sikap yang lurus tidak terpengaruh karena factor keluarga, hubungan kasih sayang, kerabat karib, golongan dan sebagainya.
Sesungguhnya ALLAH SWT. maha adil dan ALLAH SWT menetapkan bahwa setiap manusia masing-masing bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan tidak memperoleh pahalah selain apa yang diusahakannya sendiri. Terhadap semua hasil seseorang itu, nantinya ALLAH SWT akan membalas dengan yang setimpal dan penuh keadilan.
Sebagaimana dalam firman ALLAH SWT yang artinya :
(yaitu) bahwasanya seorang berdosa tidak akan memikul dosa orang ain dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan. dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasanm yang paling sempurna dan bahwasanya kepada tuhanmulaqh kesudahan (segala sesuatu).
Sesungguhnya ALLAH SWT menyuruh manusia untuk berlaku adil sebagaimana firmannya yang artinya:
Sesungguhnya ALLAH menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberikan kepada kaum kerabat, dan ALLAH melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu
1.        Berlaku adil kepada ALLAH SWT.
Berlaku adil kepada ALLAH SWT. artinya harus dapat menempatkan ALLAH pada tempat-Nya yang benar, yakni sebagai makhluk ALLAH SWT, dengan teguh melaksanaka apa yang  diwajibkan kepada kita, sehingga benar-benar ALLAH sebagai tuhan kita.
Untuk mewujudkan keadilan kita kepada allah, maka kita wajib beriman kepada ALLAH SWT, tidak menyekutukanNya dengan sesuatu yang lain, mengimani Nabi Muhammad SAW sebagai utusannya. menjunjung tinggi petunjuk dan kebenaran dari padanya, yaitu mengimani Al Qur’an sebagai  wahyu ALLAH, menaati ketentuannya yaitu melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangan-larangannya. Menyembah kepadanya yaitu melaksanakan Shalat, Zakat, Puasa dan sebagainya.
2.        Berlaku adil pada diri sendiri
Artinya menempati diri pribadi pada tempat yang baik dan benar. Untuk itu kita harus teguh, kukuh menempatkan diri kita agar tetap terjaga dan terpelihara daam kebaikan dan keselamatan. Jangan menganiayah diri sendiri dengan mengikuti hawa nafsu, minum-minuman keras, dusta, enggan berbuat baik dan jangan berbuat kemudharatan (keburukan) yang akibatnya akan buruk pula pada kesehatan, jiwa harta dan kehormatan diri. kita harus menjaga dan memelihara agar diri sendiri hidup selamat bahagia didunia dan diakhirat kelak. Kita harus jujur- terhadap diri sendiri, jika diri kita berbuat salah, kita harus berani mengoreksi.
3.        Berlaku adil kepada orang lain
Artinya menempatkan orang lain pada tempat yang sesuai, layak dan benar. Kita harus memberi hak orang lain dengan jujur dan benar, tidak mengurangi sedikitpun hak yang harus diterimah. Tidak boleh menyakiti dan merugikan orang lain, baik berupa material maupun non material. Kalau kita menjadi hakim, putuskanlah perkara yang adil. Kalau menjadi pelayan masyarakat, maka layanilah itu dengan baik dan adeil.
4.        Berlaku adil kepada makhluk lain.
Artinya dapat menempatkan pada tempat yang sesuai, misalnya adil pada binatang, harus menempatkannya pada tempat yang layak menurut kebiasaan binatang tersebut. Jika memelihara binatang harus disediakan tempat dan maka nannya yang memadai. Jika binatang itu akan dimanfaatkan untuk kendaraan atau usaha pertanian, hendaknya dengan cara yang wajar, jangan member beban yang malampaui batas. demikian pua jika hendak dimakan, maka hendaklah disembelih dengan cara yang telah ditentukan oleh ajaran agama, dengan cara yang baik yang tidak menimbulkan kesakitan bagi binatang itu. Menjaga kelestarian lingkungan juga termasuk berbuat adil kepada makhluk lain.

B.     Dalil tentang berlaku jujur dan adil dalam Al-Qur’an dan Hadits
1.      Kajian Q.S Al-Maidah [5]: 8-10
a.       Ayat dan terjemah Q.S Al-Maidah[5]:8-10
يآيُّهَا الَّذيْنَ آمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ الله شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ صلي  وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلى الاَّ تَعْدِلُوْاقلي هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوىصلى وَاتَّقُوا اللهَ قلى اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بما تَعْمَلُوْنَ. وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْاوَعَمِلُوْ الصّلِحَتِ لا لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجَرٌ عَظِيْمٌ. وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْاوَكَذَّبُوْا بِايتِنآ اُولَئِكَ اَصْحَبُ الْجَحِيْمِ. (الما ئدة: ۸–۱۰)
“ Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. Adapun orang-orang yang kafir mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka. “ (Q.S Al-Maidah [5]: 8-10)
b.      Kandungan Q.S Al-Maidah [5]:8-10
Al Biqa’i mengemukakan bahwa sebelum ayat ini telah ada perintah untuk berlaku adil terhadap istri-istri, sedangkan ada di antara istri-istri itu yang non muslim (ahl al kitab) karena surat ini pun telah mengizinkan untuk mengawininya, adalah sangat sesuai jika izin tersebut disusul dengan perintah untuk bertakwa. Karena qawwamin, yakni orang-orang yang selalu dan bersungguh-sungguh menjadi pelaksana yang sempurna terhadap tugas-tugas kamu, terhadap wanita, dan lain-lain dengan menegakan kebenaran dami karena Allah serta menjadi saksi dengan adil. Janganlah sekali-kali kamu menaruh kebencian terhadap keluarga istri kamu yang ahl al kitab itu maupun terhadap selain mereka. Berlaku adilah, terhadap siapa pun walau atas dirimu sendiri karena ia, yakni adil itu, lebih dekat kepada takwa yang sempurna daripada selain adil. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.[1]
Adapun pada ayat Al-Maidah ini, ia dikemukakan setelah mengingatkan perjanjian-perjanjian dengan Allah dan rasul-Nya sehingga ingin digarisbawahi adalah pentingnya melaksanakan secara sempurna seluruh perjanjian itu, dan itulah yang dikandung oleh qawwami lillah. Diatas dinyatakan bahwa adil lebih dekat kepada takwa. Perlu dicatat bahwa keadilan dapat merupakan kata yang menunjuk subtansi ajaraan Islam. Jika ada agama yang menjadikan kasih sebagai tuntunan tertinggi, Islam tidak demikian. Ini kerana kasih, dalam kehidupan pribadi apalagi masyarakat, dapat berdampak buruk.
2.      Kajian Q.S An-Nahl [16]: 90-92
a.       Ayat dan terjemah Q.S An-Nahl [16]: 90-92
اِنَّ اللهِ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَائِ ذِى الْقُرْبى وَيَنْهى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغَيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاَوْفُوا بِعَهْدِ اللهِ اِذَا عَاهَدَتُّمْ وَلَاتَنْقُضُوا الْاَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللهَ عَلَيْكُمْ كَفِيْلًا قلى اِنَ اللهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُوْنَ. وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنم بَعْدِ قُوَّةٍ اَنْكَاثًا قلى تَتَّخِذُوْنَ اَيْمَانَكُمْ دَخَلًام بَيْنَكُمْ اَنْ تَكُونُ اُمَّة هِيَ اَرْبَى مِنْ اُمَةٍ قلى اِنَمَا يَبْلُوْكُمْ اللهُ بِهِ قلى وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَمَةِ مَا كُنْتُمْ فِيْهِ تَخْتَلِفُوْنَ ( النحل۹۰ – ۹۲ ) 
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kamu dapat menggambil pelajaran. Dan tepatilah janji dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu melanggar sumpah setelah diikarkan, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan lain.[2] Allah hanya menguji kamu dengan hal itu, dan pasti pada hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisiahan itu. (Q.S An-Nahl [16]: 90-92).
b.      Kandungan Q.S An-Nahl [16]: 90-92
Q.S An-Nahl [16]: 90 dinilai oleh para pakar sebagai ayat yang paling sempurna dalam penjelasan segala aspek kebakan dan keburukan. Allah SWT berfirman sambil mengukuhkan dan menunjuk langsung diri-Nya bahwa, yang teragung guna menekankan pentingnya pesan-pesanNya bahwa, sesungguhnya Allah secara terus menerus memerintah siapa pun di antara hamba-hambaNya untuk berlaku adil dalam bersikap, ucapan dan tindakan, walau terhadap diri sendiri.
Al Baqa’I menulis tentang hubungan ayat ini dengan ayat yang lalu bahwa, setelah ayat yang lalu menghimpun semua perintah dan larangan dalam satu redaksi singkat yang tidak ditampung oleh kitab-kitab dan dada manusia serta disaksikan oleh para pendurhaka yang keras kepala bahwa redaksi semacam itu melampaui batas kemampuan manusia. Ayat berikut melanjutkan sebagaimana dpahami dari konteksnya bahwa, jika demikian itu kandungan kitab sucu ini, laksanakanlah apa yang Allah perintahkan, jauhilah apa yang dilarangNya, dan tepatilah perjanjian Allah apabila kamu berjanji. Demikian lebih kurang Al Biqa’I menghungkan ayat ini dengan ayat yang lalu.
Adapun yang dimaksud dengan tanqudu (membatalkan) adalah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kandungan sumpah atau janj. Pengertian dari bi’ahdillah (perjanjian Allah) dalam konteks ayat ini antara lain, biat yang mereka ikrarkan di hadapan Nabi Muhammad SAW untuk tidak mempersekutukan Allah SWT serta tidak melanggar perintah Nabi Muhammad SAW yang mengakibatkan mereka durhaka. Janji atau sumpah yang menggunakan nama AllahSWT yang kandungannya demikian sering kali dilaksanakan oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW sejak mereka masih di Mekkah sebelum berhijrah. Memang, redaksi ayat ini mencakup segala macam janji dan sumpah serta ditunjukkan kepada siapapun dan dimanapun mereka berada.
Kepercayaan orang muslim akan keesaan Allah dan kekuasaan-Nya seharusnya dapat menjadi jaminan bagi pihak lain atas kebenaran ucapannya. Keyakinan itu seharusnya dapat menjadi jaminan bagi pihak lain atas kebenaran ucapannya. Kebenaran ucapannya itu berarti jujur. Kata jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap seseorang jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau fenomena tersebut. Jika orang itu menceritakan informasi tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “ perubahan “ (sesuai dengan realitasnya) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan jujur.
 
2.     Kajian Hadits tentang Adil dan Jujur
a.      Kedudukan Perilaku Adil
عَنِ اِبْنِ عُمَرَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَلْمُقْسِطُوْنَ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنَابِرِ مِنْ نُوْرٍ عَلَى يَمِيْنِ الْعَرْشِ الَّذِيْنَ يَعْدِلُوْنَ فِي حُكْمِهِمْ وَاَهْلِيْهِمْ وَمَا وَلَّوْا (رواه ابن ابي شيبة ومسلم والنسائي والبيهقي)
Artinya:
“ Dari Ibnu Umar r.a.dari Nabi SAW.bersabda, ‘ Orang yang berperilaku adil akan berada di sisi Allah pada hari kiamat. Ia duduk di atas mimbar cahaya yang bersinar di sebelah kanan Arasy, yaitu mereka yang adil dalam menghukum, adil terhadap keluarga, dan terhadap sesuatu yang menjadi tanggungannya.” ( H.R Ibnu Abu Syabah, Muslm, Nasa, dan Baihaqi) 
      Hadits di atas menjekaskan bahwa para penegak keadilan (mereka yang senantiasa berbuat adil) memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Di hari akhir nanti mereka akan diberi kehormatan di sisi Allah, yaitu diposisikan di atas mimbar yang terbuat dari cahaya dan berada di sebelah kanan Arasy Allah. Ini menunjukan betapa tingginya perilaku adil dalam pandangan Allah. [3] Islam memang menjunjung tingg nilai-nilai keadilan. Nilai keadilan ini merupakan salah satu nilai kemanusiaan asasi yang dibawa oleh islam dan dijadikan sebagai pilar kehidupan pribadi, rumah tangga, dan masyarakat.
      Islam memerintahkan kepada seorang muslim untuk berlaku adil terhadap diri sendiri, yaitu dengan menyimbangkan antara haknya dan hak Tuhannya serta hak-hak orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.kepada Abdullah bin’Amr ketika mengurangi haknya sendiri, yaitu dengan terus-menerus puasa di siang hari dan shalat di malam hari. “ Sesungguhnya untuk tubuhmu kamu punya hak (untuk beristirahat), dan sesungguhnya bagi kedua matamu punya hak dan kepada keluargamu kamu punya hak, dan untuk orang yang menziarahi kamu juga mempunyai hak.” (H.R Mutafaq ‘Alaih).
      Islam juga memerintahkan bersikap adil terhadap keadilan. Ketika Basyir bin Sa’ad al Anshari menginginkan agar Nabi saw.menyaksikanya atas pemberian tertentu, ia mengutamakan pemberian itu untuk sebagian anak-anaknya. Maka Nabi SAW.bertanya kepadanya, “ apakah semua anak-anakmu kamu beri mereka itu seperti ini?” Basyir berkata,”Tidak!” Nabi SAW.bersabda, “Mintalah saksi selain aku demikian itu, sesungguhnya aku tidak memberikan kesaksian terhadap suatu penyelewengan.” (H.R. Muslim).[4]
Islam memerintahkan kepada kita untuk selalu berlaku adil kepada semua manusia. Keadilan seorang muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang muslim terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan kebatilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan memberikan kebenaran kepada yang berhak.
b.      Kedudukan Perilaku Jujur
عَنْ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رُسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ: اِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي اِلَى البِرَّ وَاِنَّ البِرَّ يَهْدِي اِلَى الجَنَّةِ، وَاِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقَ حَتَّى يَكَتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقاً، وَاِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي اِلَى الفُجُورِ وَاِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي اِلَى النَّارِ، وَاِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله كِذَابًا.
Artinya:
“ Dari Ibnu Mas’ud r.a ia berkata, Rasulullah saw.telah bersabda, sesungguhnya kejujuran itu menuntut kearah kebaikan dan kebaikan menuntut ke surga dan sesungguhnya seseorang suka berbuat jujur ia dicatat di sisi Allah SWT sebagai siddiqan (orang jujur). Adapun kebohongan itu menuntut kearah keburukan dan keburukan menuntut ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang suka berbohong ia dicacat di sisi Allah SWT sebagai kizaban (pembohong)”. H.R Mutafaq ‘Alaih
      Dalam hadits tersebut diperbandingkan antara perilaku jujur dan perilaku dusta (bohong). Menurut hadits tersebut, kejujuran tu menuntun pelakunya kearah kebaikan. Adapun kebaikan itu akan berbalas syurga. Setelah itu dijelaskan pula bahwa seseorang yang suka berlaku jujurakan dicatat di sisi Allah sebagai siddiqan. Gelar siddiq ini merupakan kehormatan dari Allah bagi mereka yang menjunjung tnggi kejujuran. Para siddiqan itu kedudukannya berdekatan dengan para nabyullah.
Sementara itu, kebohongan akan membawa pelakunya kearah keburukan. Mengapa demikian? Sedehana saja, karena setiap kebohongan akan selalu ditutup-tutupi dengan kebohongan. Satu kebohongan akan ditutupi dengan kebohongan lain, dan agar tidak terbongkar maka ditutupi dengan kebohongan lagi. Begitulah terus-menerus sehingga bertumpuklah kebohongan itu.
Kebohongan merupakan hal buruk dan seorang pembohong tentunya tidak mau keburukannya diketahui oleh orang lain. Dalam kondisi seperti ini, maka kebohonganlah yang akan berperan untuk menutupi keburukan itu. Jika sudah demikian, maka tercatatlah dia di sisi Allah sebagai kizaban. Gelar kizab merupakan salah satu gelar terburuk yang diberikan oleh Allah bagi manusia durhaka terhadap-Nya.
Oleh karena itu merupakan perlaku buruk dan akan selalu menuntun kea rah keburukan, maka balasan dari Allahbagi seorang pembohong adalah keburukan juga, yatu neraka.
C. Manfaat dan kegunaan Berlaku jujur dan adil
1. Manfaat dan kegunaan Berlaku jujur
a.       Jujur adalah tindakan yang mulia.
b.      Dengan jujur kita akan dipercaya orang lain. Jika ada orang yang memberi amanah atau tugas kepada kita, kalau kita jujur. Maka orang itu dengan rasa penuh percaya memberikan amanah atau tugas itu kepada kita.
c.       Dengan bertindak maupun berkata jujur. Kita tidak akan membohongi diri sendiri maupun orang lain.
d.      Dengan jujur hidup kia tidak akan terasa was-was. Karena tidak di tutupi oleh kebohongan.
e.       Kalau kita pernah berbohong sekali, maka kita akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya.
f.       Orang jujur lebih tinggi kehormatannya dibandingakan dengan orang yang tidak jujur atau berbohong.
2. Manfaat dan kegunaan Berlaku adil
a.     Terciptanya rasa aman, tenang dan tentram dalam jiwa dan ada rasa khawatir kepada orang lain, karena tidak pernah melakukan perbuatan yang merugikan atau menyakiti orang lain.
b.     Membentuk pribadi yang dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, taat dan patuh kepada ALLAH SWT, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.
c.     Menciptakan ketenteraman dan kerukunan hidup, hubungan yang harmonis dan tertib dengan orang lain.
d.    Dalam memanfaatkan alam sekitar untuk kemasyalatan dan kebaikan hidup di dunia dan di akhirat.




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kejujuran merupakan sifat yang tertanam pada diri manusia yang pada dasarnya kemauan pada diri manusia itu sendiri dengan membiasakan diri dan rasa kepercayaan diri yang kuat akan cenderung berdampak positif dari pada negative. Jika menerapkan sikap jujur, secara tidak langsung kita telah melatih kemampuan kita. Sampai dimana kemampuan kita? Itu pernyataan yang akan timbul dan terjawab sendiri dengan hasil yang di peroleh.
Sifat adil artinya, suatu sifat yang teguh, kukuh yang tidak menunjukkan memihak kepada seorang atau golongan. Adil itu sikap mulia dan sikap yang lurus tidak terpengaruh karena factor keluarga, hubungan kasih sayang, kerabat karib, golongan dan sebagainya.Berlaku adil dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu
1.        Berlaku adil kepada ALLAH SWT.
2.        Berlaku adil pada diri sendiri
3.        Berlaku adil kepada orang lain
4.        Berlaku adil kepada makhluk lain.


DAFTAR PUSTAKA

Soeyoeti, Drs. H Zarkowi.1995/1996.pendidikan agama islam untuk smu.jakarta:direktora jendral Pembina kelembagaan agama islam



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Perubahan Wujud Benda